Friday, 09 October 2009, 18:51
Hai Hai
nih g mau share nih, tentang case yang sedang dihadapi oleh rekan sejawat kita, katakan lah Dr. A
dan ia mohon bantuan pendapatnya...(dan untuk pembelajaran aja nih)
Cerita kronologisnya begini: (kutip langsung dari Email-nya - dengan memalsukan identitas asli)
Tgl 31 Maret 2009 Pk 11.30
Dr. A (DOkter Jaga)
Pasien diantar keluarga ke Klinik B diterima oleh perawat klinik dengan keluhan panas, pusing, sakit kepala, ada pembengkakan di leher dengan riwayat pengobatan TB paru (lagi pengobatan di RSUD C)
Keluhan tambahan: mual, muntah, nyeri ulu hati, dengan riwayat pasien lagi malarian tropika +1
Kemudian pasien dipasang infus oleh perawat dan dokter jaga (Dr.A) di on-call
Terapi Dr. A: mudah-mudahan yang baca tidak bingung yah...
- IVFD RL Guyur 1 kolf lanjut IVFD Dx 5% + Quinin HCl + Neurobat 28 tts/menit,
Hexel (Ranitidine) ampul / 8 jam IV Bolus
Vometraz 4 mg (ondansentron) ampul + diphen / 12 jam IV Bolus
Neurobat ampul / 12 jam drip Dx5%
Quinin HCl ampul / 12 jam drip dalam Dx 5%
Plantasid syrup forte 3 x 1 sendok makan
Kalmoxilin tab 3 x 1 tab
Pk. 20.00
Dr. Penanggung jawab dan sekaligus pemilik klinik B menginstruksikan pemberian Ceftriaxon IV/ 12 jam - skin test
Kemudian diganti dengan Cefotaxime karena Ceftri kosong.
Tgl 31 Maret 2009 Pk. 21.00
Dr. A (DOkter Jaga)
Pasien mengeluh pusing, lemas, mual, muntah, tidak bisa tidur
Instruksi: terapi lanjut
Pk. 24.00, Skin test cefo negative
Tgl 1 April 2009 Pk 01.00
Cefotaxime 1 gr IV
Tgl 1 April 2009 Pk 12.00
Dr.A (Dokter Jaga)
Pasien mengeluh pusing sedikit, lemas berkurang
Pemeriksaan fisik: Kembung (+)
Instruksi: terapi lanjut, cek ulang Malaria / DDR Post Drip Quinin ke II
Tgl 1 April 2009 Pk 13.10
Cefotaxime 1 gr IV
Tgl 1 April 2009 malam, Dr Penanggung Jawab Klinik visit
Instruksi: terapi lanjut, Degrium 2 x 1
DDRF+
Tgl 2 April 2009 malam (dokter D - DOkter JAga Lain) visit pasien
Febritis -- (apa ini maksudnya phlebitis yah)hingga oedem di daerah infus
Aff Infus
Terapi diganti oral: suldox, cefadroxil, hexer, neurobat
PF dan terapi yang dilakukan oleh dr D tidak dicatat di REKAM MEDIS
Tgl 2 APril 2009 Pk 20.00
Dr.A (On Call)
Keluhan pasien: pusing, muntah-munta
Saran: Pasang IVFD kembali
Pasien menolak IVFD
Terapi oral lanjut
Tgl 2 April 2009 Pkl. 22.30
Dr. A
Keluhan pasien: pusing, mual-mual
Saran: pasang IVFD kembali atau informed consent secara lisan ke keluarga pasien
Pasien menolak IVFD, IVFD tidak dipasang
Tgl 3 April 2009 Pk. 07.00
Dr.A
Pasien tenang, pusing (-), mual (-)
Saran chek darah rutin + DDR siang
Terapi oral lanjut
PASIEN PUL PAK alias Pulang Paksa
Tgl 4 April 2009 s/d 8 April 2009 pasien masuk dan dirawat di klinik lain (Klinik G), dengan diagnosa dari Dr. G adalah MORBILI
Kemudian pasien minta dirujuk di luar kota ke RS. AB dan salah satu diangnosa : Drug Eruption
Setelah pulang dari RS AB, suami pasien menuntut dokter A dengan basic diagnosa Drug Eruption dgn alasan keidakprofesionalan / kompetensi dlm menangani terapi dan malpraktek
Yg menjadi pertanyaan Dr.A:
1. Apakah minimal standard yg dr.A lakukan ada yg tdk sesuai prosedur?
2. Apapakh ada kecurigaan malpraktek yang dilakukan dr.A dalam kasus di atas
3. Apakah ada ketidakkompetensian Dr.A dalam penanganan kasus di atas
4.Mohon penjelasan karena kasus ini sudah masuk ke kepolisian
Ke mana Dr. A harus memperoleh dukungan/ informasi
5. Langkah-langkah apa yang seharusnya Dr. A ambil
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Monggo Bapak Ibu
nih g mau share nih, tentang case yang sedang dihadapi oleh rekan sejawat kita, katakan lah Dr. A
dan ia mohon bantuan pendapatnya...(dan untuk pembelajaran aja nih)
Cerita kronologisnya begini: (kutip langsung dari Email-nya - dengan memalsukan identitas asli)
Tgl 31 Maret 2009 Pk 11.30
Dr. A (DOkter Jaga)
Pasien diantar keluarga ke Klinik B diterima oleh perawat klinik dengan keluhan panas, pusing, sakit kepala, ada pembengkakan di leher dengan riwayat pengobatan TB paru (lagi pengobatan di RSUD C)
Keluhan tambahan: mual, muntah, nyeri ulu hati, dengan riwayat pasien lagi malarian tropika +1
Kemudian pasien dipasang infus oleh perawat dan dokter jaga (Dr.A) di on-call
Terapi Dr. A: mudah-mudahan yang baca tidak bingung yah...
- IVFD RL Guyur 1 kolf lanjut IVFD Dx 5% + Quinin HCl + Neurobat 28 tts/menit,
Hexel (Ranitidine) ampul / 8 jam IV Bolus
Vometraz 4 mg (ondansentron) ampul + diphen / 12 jam IV Bolus
Neurobat ampul / 12 jam drip Dx5%
Quinin HCl ampul / 12 jam drip dalam Dx 5%
Plantasid syrup forte 3 x 1 sendok makan
Kalmoxilin tab 3 x 1 tab
Pk. 20.00
Dr. Penanggung jawab dan sekaligus pemilik klinik B menginstruksikan pemberian Ceftriaxon IV/ 12 jam - skin test
Kemudian diganti dengan Cefotaxime karena Ceftri kosong.
Tgl 31 Maret 2009 Pk. 21.00
Dr. A (DOkter Jaga)
Pasien mengeluh pusing, lemas, mual, muntah, tidak bisa tidur
Instruksi: terapi lanjut
Pk. 24.00, Skin test cefo negative
Tgl 1 April 2009 Pk 01.00
Cefotaxime 1 gr IV
Tgl 1 April 2009 Pk 12.00
Dr.A (Dokter Jaga)
Pasien mengeluh pusing sedikit, lemas berkurang
Pemeriksaan fisik: Kembung (+)
Instruksi: terapi lanjut, cek ulang Malaria / DDR Post Drip Quinin ke II
Tgl 1 April 2009 Pk 13.10
Cefotaxime 1 gr IV
Tgl 1 April 2009 malam, Dr Penanggung Jawab Klinik visit
Instruksi: terapi lanjut, Degrium 2 x 1
DDRF+
Tgl 2 April 2009 malam (dokter D - DOkter JAga Lain) visit pasien
Febritis -- (apa ini maksudnya phlebitis yah)hingga oedem di daerah infus
Aff Infus
Terapi diganti oral: suldox, cefadroxil, hexer, neurobat
PF dan terapi yang dilakukan oleh dr D tidak dicatat di REKAM MEDIS
Tgl 2 APril 2009 Pk 20.00
Dr.A (On Call)
Keluhan pasien: pusing, muntah-munta
Saran: Pasang IVFD kembali
Pasien menolak IVFD
Terapi oral lanjut
Tgl 2 April 2009 Pkl. 22.30
Dr. A
Keluhan pasien: pusing, mual-mual
Saran: pasang IVFD kembali atau informed consent secara lisan ke keluarga pasien
Pasien menolak IVFD, IVFD tidak dipasang
Tgl 3 April 2009 Pk. 07.00
Dr.A
Pasien tenang, pusing (-), mual (-)
Saran chek darah rutin + DDR siang
Terapi oral lanjut
PASIEN PUL PAK alias Pulang Paksa
Tgl 4 April 2009 s/d 8 April 2009 pasien masuk dan dirawat di klinik lain (Klinik G), dengan diagnosa dari Dr. G adalah MORBILI
Kemudian pasien minta dirujuk di luar kota ke RS. AB dan salah satu diangnosa : Drug Eruption
Setelah pulang dari RS AB, suami pasien menuntut dokter A dengan basic diagnosa Drug Eruption dgn alasan keidakprofesionalan / kompetensi dlm menangani terapi dan malpraktek
Yg menjadi pertanyaan Dr.A:
1. Apakah minimal standard yg dr.A lakukan ada yg tdk sesuai prosedur?
2. Apapakh ada kecurigaan malpraktek yang dilakukan dr.A dalam kasus di atas
3. Apakah ada ketidakkompetensian Dr.A dalam penanganan kasus di atas
4.Mohon penjelasan karena kasus ini sudah masuk ke kepolisian
Ke mana Dr. A harus memperoleh dukungan/ informasi
5. Langkah-langkah apa yang seharusnya Dr. A ambil
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Monggo Bapak Ibu
+++ Jazzy Tones +++