Sunday, 16 March 2008, 07:51
Quote:dari alumni mana ya? kalau boleh tau?tidak bermaksud unjuk jari karena pernah ptt di daerah sangat terpencil.. tapi ngebayangin temen2/senior2 yg ptt di daerah sangat terpencil.. sangat sulit dibayangkan output kurikulum baru mampu... wong nampaknya lebih "priyayi" dari dokter....
humm begini AFAIK beberapa negara memang membuat seperti itu sesudah mereka dokter mereka akan dilatih lagi "magang" di bidang yg disebutkan, dan selama sebelum menyelesaikannya mereka tidak boleh untuk praktek sendiri diluar rumah sakit atau pusat kesehatan, dan untuk eropa mereka boleh memilih 2 dari 4 bagian kalau saya tidak salah, yaitu obs/gyn, pediatric, interna, surgery sama public health, karena mereka hanya kurang lebih 1 bulan di bagian bagian tersebut ketika koas, dan tidak menerima pasien secara langsung, beda dengan di kita bukan? di koas untuk bagian bagian besar kita di wajibkan selama 12 minggu setidak tidaknya itu di jaman saya masih koas, kalau sekarang ada yg di discount menjadi 10 minggu.
Kalau memang pemerintah indonesia mau memberlakukan pendidikan seperti PBL seharusnya sekolah untuk spesialis di perbanyak, karena ya itu tadi, di luar negeri mereka spesifik, sedangkan kita di indonesia, sendirian menangani semua, apalagi kalau di daerah yg jauh dari mana mana. masih ada tu teman yg SC atau apendictomie cito karena tidak mungkin di rujuk (ayo yg pernah melakukan ketika PTT di daerah sangat terpencil ayo acung jari)
[post=28=501]